Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KULTUR JARINGAN


KULTUR JARINGAN

  1. Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur adalah budidaya sedangkan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.

  1. Sejarah Budidaya Jaringan Tumbuhan
Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah dimulainya pengetahuan kultur jaringan antara lain adalah:
  • Orang yang melakukan kultur jaringan adalah Gottlieb Haberlant pada tahun 1902
  • Tahun 1904 Hannig melakukan kultur embrio pada tanaman cruciferae
  • Gautheret, nobecourt dan White yang menemukan auxin dan telah berhasil membudidayakan kalus pada tahun 1939
  • Skoog dkk. telah menemukan sitokinin dan orang pertama yang sukses dalam melakukan kultur jaringan pada tahun 1939
  • Tahun 1940 Gautheret melakukan kultur jaringan kambim secara in vitro pada tanaman Ulmus untuk study pembentukan tunas adventif
  • Pembentukan tunas adventif pertama pada kultur tembakau secara in vitro oleh Skoog pada tahun 1944
  • Pada tahun 1954 Muir berhasil menumbuhkan tanaman lengkap dari kultur sel tunggal
  • Trasformasi tanaman pertama dilakukan oleh IPTC pada tahun 1986

  1. Prinsip Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi.
Teori Totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora.

  1. Syarat Membuat Kultur Jaringan
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.

  1. Teknik kultur jaringan
  • Meristem kultur, budi daya jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan muda atau meristem
  • Pollen culture/ anther cultur, menggunakan eksplan dari pollen atau benang sari
  • Protoplas culture, menggunakan eksplan dari protoplas
  • Chloriplas culture, menggunakan kloroplas untuk keperluan fusi protoplas
  • Somatic cross (bilangan protoplas/ fusi protoplas), menyilangkan dua macam protoplas, kemudian dibudidayakan hingga menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat baru

  1. Media Untuk Membuat Kultur Jaringan
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.

  1. Metode Kultur Jaringan
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

  1. Tahap Yang Dilakukan Untuk Memperbanyak Tanaman Dengan Kultur Jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan adalah:
  1. Pembuatan media
  2. Inisiasi
  3. Sterilisasi
  4. Multiplikasi
  5. Pengakaran
  6. Aklimatisasi


  • Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

  • Komposisi media yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

  • Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.

  • Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

  • Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

  • Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).


  • Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.

  • Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

  1. Manfaat Kultur Jaringan
Adapun manfaat dari kultur jaringan, yaitu:
  • Pengadaan bibit tidak tergantung musim
  • Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
  • Bibit yang dihasilkan seragam
  • Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkunganlainnya
  • Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
  • Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
  • Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah

  1. Kekurangan Kultur Jaringan
Kekurangan dari kultur jaringan, yaitu:
  • Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
  • Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan.
  • Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan
  • Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh

DAFTAR PUSTAKA
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.
Syamsur, Istamar. 2007. Biologi 2A. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SISTEM ORGAN PADA MANUSIA

SISTEM ORGAN PADA MANUSIA
  1. Rangka
Organ penyusunnya yaitu tulang dan otot. Fungsinya untuk menyimpan bahan mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak, dan menunjang tubuh.
  1. Otot
Organ penyusunnya yaitu otot polos, otot jantung, dan otot rangka. Yang berfungsi untuk alat gerak, menyimpan glikogen, dan menentukan postur tubuh.
  1. Pencernaan
Organ penyusunnya yaitu mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, anus, dan kelenjar pencernaan. Berfungsi untuk melakukan proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia.
  1. Respirasi
Organ penyusunnya yaitu hidung, tenggorokan/trakea, dan paru-paru. Berfungsi untuk mengambil oksigen, menyediakan oksigen, dan mengeluarkan karbon dioksida ke luar tubuh.
  1. Sirkulasi
Organ penyusunnya yaitu jantung, pembuluh darah, pembuluh limfa, dan darah. Berfungsi untuk transportasi darah dan cairan limfa.
  1. Saraf
Organ penyusunnya yaitu otak, 12 pasang saraf kranial, 31 pasang saraf spinal, sistem saraf simpatik, dan sistem saraf parasimpatik. Berfungsi untuk menerima dan merespon rangsangan.
  1. Endokrin
Organ penyusunnya yaitu kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal. Berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh.
  1. Ekskresi
Organ penyusunnya yaitu ginjal, ureter, kantong kemih, dan uretra. Berfungsi untuk memindahkan hasil metabolisme yang sudah tidak diperlukan ke luar tubuh sehingga sel-sel tubuh dapat menjaga keseimbangannya terhadap lingkungan.
  1. Reproduksi
Organ penyusunnya yaitu organ kelamin pada jantan (penis, testis) dan betina (ovarium, uterus). Berfungsi untuk berkembang biak untuk memperbanyak keturunan.

Daftar Pustaka
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS